Nama : Bernadina Yunita Sindu Pinilih
NIM : E3119029
Jurusan : D4-Demografi dan Pencatatan Sipil
Mata Kuliah : Bahasa
Indonesia
A.
Teks
pertama berjudul “Genangan” oleh Rainy M.P. HUtabarat
(Kompas, 6 Jan 2018)
·
Kesimpulan :
Penggunakan kata ‘masak’ pada kalimat “Masak air setinggi 70 sentimeter
disebut genangan?” tentu sudah jelas memiliki maksud untuk menyindir secara
santai tetapi berasa. Penggunaan kata ‘masak’ akan lebih
terasa menyindir dibanding menggunakan kata ‘benarkah’. Kata ‘masak’
ini juga bisa menjadi kata yang menekankan kalimat berikutnya. Sebagai contoh
kalimat “Masak nilai saya hanya 8?”
·
Pendapat :
Saya setuju
dengan pernyataan Bapak Sutopo Purwo Nugroho dari Badan Penanggulangan Bencana
Nasional (BNPB), bahwa baik itu merupakan banjir ataupun genangan sama-sama
akan merugikan bagi masyarakat sekitar. Banjir atau genangan akan memberikan
dampak buruk bagi masyarakat sekitar seperti kotornya rumah masyarakat,
masyarakat terjangkit penyakit, hingga kerugian kerusakan akibat banjir atau
genangan. Selain itu seperti pernyataan Bapak Sutopo Purwo Nugroho juga bahwa genangan yang tingginya ‘hanya’ 30 sentimeter
dan baru bisa surut setelah empat jam merupakan neraka jahanam bagi para
pengguna jalan. Genangan tersebut akan menimbulkan kemacetan yang amat parah di
jalan-jalan sekitar area genangan. Bapak Sutopo juga menyatakan bahwa genangan
yang terus meningkat menyebabkan terjadinya banjir dan dengan terpaksa warga
harus meninggalkan rumah dan mengungsi.
B.
Teks kedua
berjudul “Maksud dan Niat” oleh Bambang Kaswanti Purwo
(Kompas, 25 Maret 2017)
·
Kesimpulan :
Sebuah teks
dapat memiliki makna tersurat maupun tersirat tergantung pada masalah apa yang
dibahas. Selain itu, tiap orang akan memiliki pemahaman yang berbeda-beda
mengenai pemahaman akan sebuah teks. Dapat dicontohkan dengan kata ‘niat’ dan
kata ’maksud’ bisa saja memiliki makna yang sama dan dapat saling menggantikan,
tetapi pada penggunaan kata pada kalimat yang lain bisa saja kedua kata
tersebut memiliki makna yang berbeda dan tidak dapat saling menggantikan.
·
Pendapat :
Penggunaan kata atau diksi pada sebuah kalimat
perlu diperhatikan dengan benar. Penggunaan suatu kata bisa jadi memiliki
banyak makna. Pada teks tersebut kata ‘niat’ dan ‘maksud’ memiliki arti yang
sama. Tetapi pada kenyataannya tidak selalu kata ‘niat’ dan ‘maksud’ memiliki
makna yang sama dan bisa saling menggantikan. Sebagai contoh ‘niat’ dan ‘maksud’
memiliki makna sama dan bisa saling menggantikan yaitu “Kedua orang tidak
dikenal itu memiliki niat jahat pada
Dina.” Kata ‘niat’ pada kalimat tersebut bisa digantikan dengan kata ‘maksud’
karena pada kondisi seperti itu keduanya memiliki arti yang sama dan dapat
saling menggantikan. Lain hal pada kondisi kalimat “Pada tahun baru ini aku
mempunyai niat untuk berubah.” Pada kondisi ini kata ‘niat’ memiliki makna intention terkait dengan tindakan atau
tekad yang akan dijalankan. Sedangkan pada kalimat tertentu kata ‘maksud’
memiliki makna intention yang
berhubungan dengan tutur bahasa.
C.
Teks ketiga
berjudul “Kata-Kata yang Memuai” oleh Bagja Hidayat
(Majalah Tempo, 12 Juni 2017)
·
Kesimpulan:
Pada
kondisi formal perlu adanya penggunaan kata-kata baku sesuai aturan KBBI dalam
pemilihan kata. Tetapi apabila pada kondisi non formal seperti ngobrol dengan
teman ataupun mengirim surat kepada teman akan dirasa kaku dan tidak nyaman
apabila kita menggunakan kata baku sesuai aturan KBBI. Maka dari itu banyak
bermunculan bahasa-bahasa baru untuk membuat percakapan dengan teman tidak kaku
dan terasa lebih nyaman serta hangat.
·
Pendapat
Bagi saya
penggunaan kata baru yang tidak sesuai aturan KBBI sah saja apabila penggunaan
kata tersebut lebih bisa dipahami. Selain itu penggunaan kata yang tidak sesuai
aturan KBBI sah saja apabila tidak digunakan pada kondisi formal seperti pada
saat rapat atau pada saat pembuatan laporan resmi.